Catatan Mahasiswa

GORESAN PEMIKIRAN & UKIRAN PENGALAMAN SEORANG MAHASISWA

Rabu, 16 April 2014

FENOMENA MAHASISWI CABE-CABEAN





Unknown | 10:36:00 AM | 1 Comment so far | Tweet +1 Like



(KETERANGAN: PERAN PENGGANTI)

Indonesia memang dikenal laboratorium bahasa. Dari waktu ke waktu selalu muncul istilah baru untuk melabeli sebuah fenomena tertentu. Belum jelas sampai saat ini, siapa penemu istilah – istilah baru tersebut. Namun yang pasti, yang pernah saya denger lewat ke-dua telinga saya, ada istilah ‘narsis’, ada istilah ‘alay’, dan yang terbaru ada istilah ‘cabe-cabean’. Sempat juga mendengar istilah 'jablay'.

JABLAY? OH… Saya bukan ya! Sorry! Walaupun terkadang ngerasa. Ngerasa dikit sih, dikit doank!
Menurut dari reportase saya….

Pada Tahun baru 2014 ini, muncul istilah yang ngetren banget dikalangan para pengguna media social, maupun kalangan netizen (pengguna internet). Yup… Istilah itu adalah 'cabe-cabean'. Padahal, menurut sejarahnya, kalo kita menengok ke belakang. Istilah itu mengalami regenerasi lho. Dan mempunyai karakterisitik masing-masing. Dari yang pernah saya alamin, sewaktu masih menjadi anak SMA 1, saat itu lagi ngetren banget istilah…"Narsis".

Istilah narsis ini untuk melabeli kaum remaja, yang suka pamer. Pamernya mulai dari yang bermacam-macam. Dari yang ringan hingga yang sedang. Bahkan sampai ada yang akut. Yang ringan, mulai dari pamer fotogenik dengan jari manis menempel di kedua pipinya. Kemudian yang sedang, sampai pamer foto lingkaran pusernya, yang justru kelihatan udelnya segede lubang sumur belakang rumah. Dan yang terakut, pamer lagi nyetir mobil yang fotonya di unggah di media social, padahal mobilnya hasil menggadaikan KTP di sebuah rental.

Berikutnya, sewaktu saya memasuki awal-awal kuliah di tahun 2010, kemudian lahir lagi istilah baru, Alay. Istilah “Alay’ turunan dari Naris. Kemungkinan besar, masih saudaraan lah. Dua fenomena ini lahir di media social lho. Pelakunya, tak jauh-jauh dari golongan anak muda. Lagi-lagi pelakunya kebanyakan cewek. Dan, hinanya lagi, adik saya sempat terjangkit “alay’. Saya nggak tahu sampai sekarang sudah sembuh apa belum. Perilaku alay ini, merebak di media social juga. Perilaku alay ini menurut saya, merupakan perilaku tidak terpuji. Kenapa? Sebab, anak alay suka melintir penggunaan bahasa Indonesia dan musuh bebuyutan kaum alay adalah guru bahasa Indonesia.  Kereen gak tuuh!



Begitu pagi menjelang, saat itulah kaum alay mulai bermunculan. Mereka pada umumnya suka menyapa:

 “Ce3La4mAth P4geHH CeMuahhDD’

Di tengarai, setelah ALAY dan NARSIS bosan ngeksis didunia maya, mereka akhirnya bergabung menjadi satu. Atas dasar DNA yang sama, mereka akhirnya kopi darat. Dua formula itu akhirnya menjalin sebuah ikatan suci bernama pernikahan. Dari perkawinan dua DNA  itu, lalu munculah formula baru. Formula baru itu adalah istilah CABE-CABEAN. Kemudian, sel-sel cabe-cabean menyebar. Ada yang cabe-cabean di kalangan remaja, meliputi anak SMP, SMA, bahkan terjadi di belantara kampus.

Nah, menjelang tahun baru 2014 ini, Cabe-cabean lagi diomongin banyak orang lho. Ngehits banget deh. Sampai-sampai beritanya melebihi sensasinya Farhat Abas. Perilaku cabe-cabean, emang mengundang perhatian. Nah, saya sebagai Reporter jomblo, melakukan pemantauan disejumlah fakultas di kampus saya tentang fenomena ini. Saalnya, cabe-cabean telah menyusup ke anak-anak mahasiswi juga. Saya akan mem-publish, fenomena cabe-cabean dikalangan mahasiswi.

Perliaku cabe-cabean yang dilakukan mahasiswi antara lain…

1.   Dandan Berlebihan.
Dari pemantauan saya dari atas pohon cemara yang ada di kampus. Mahasiswi yang hobby cabe-cabean, biasanya suka dandan lho. Padahal cewek emang di wajibkan dandan kan? Biar kelihatan cantik. Namun, mahasiswi cabe-cabean ini dandanannya sudah over banget, sudah berlebihan. Mahasiswi pengidap cabe-cabean kalo ngampus, gemar memakai lipstick sampai bibirnya merah ranum. Di tambah lagi, bedaknya yang menempel dimuka tebalnya segede aspal jalan raya.

Belum lagi, udah pakai lipstick yang mencolok, eh malah ditambah lagi pakek blush – on. Oke…. Fine ini emang kebutuhan wanita. Iya,  emang bener tambah cantik. Tapi cantiknya terkesan urakan lho. Tapi wajar nggak sih, untuk ukuran anak kuliahan yang niatnya mau nuntut ilmu.

Dandanan over di kampus itu salah tempat. Nggak salah lagi, perilaku yang over dandan inilah awal mula sejarah  lahirnya cabe-cabean di kawasan kampus. Beradaptasi menyesuaikan diri pada lingkungan itu menjadi urusan vital. Kalo lihat, fenomena ini di kampus kalian, tolong dipangil ‘CABE Mbak, Cabe?.

2.   Memakai Higheels (booth)
Di setiap kampus jurusan mana pun, pasti punya peraturan tentang tata cara berpakaian (busana) yang bisa dipakai mahasiswanya saat kuliah. Peraturan itu sifatnya mengikat, biasanya, kalo ada yang coba berani-berani melanggar, mahasiswa tersebut bakalan  kena sanksi. Sanksinya seperti, nggak boleh ngikutin kuliah selama sehari penuh.  Bahkan tak jarang ada oknum dosen yang nendang patatnya mahasiswa karena emang bandelnya nggak ketulungan.

Kalo saya jadi Dosen sih, saya bakalan menghukum mahasiswa seperti ini dengan memberinya Tugas sebanyak-banyaknya. Biar pinter aja, dan jera. Emangnya kuliah buat main-main. Nggak ngerti apa, kuliah itu dibayar pakai duwit bukan pakai dengkul.

Usut punya usut nih, kalo di kampus saya sih, peraturanya dilarang pakai kaos oblong, terus nggak boleh pakai sendal, sama dilarang pakai sarung (emang pondok pesantren!). Tapi berhubung namanya kampus ya, terkadang masih ada mahasiswa yang ngebandel. Iya, BANDEL!

Saya cuma geleng-geleng kepala, ini kampus apa arena karpet merah untuk sejenis model. Terkadang dengan memakai sepatu sejenis model kuli bangunan, anggapanya biar disangka ngikutin trend yang lagi rame. Tapi tak tahunya, salah tempat. Bukan malah dibilang gaul, malah kena…..“MBAK….CABE YA MBAK? Nongkrong Cewawakan! HAHAHAHA!

Mahasiswa/wi disibukkan tugas, itu mah wajar. Namanya juga, pelajar. Sekolah Dasar saja, habis pulang sekolah dikasih PR sama bapak/ibu guru. Gitu terus sampai kita menjadi anak SMA. Tapi yang bikin saya gemes.. hari gene disebuah akun twiiter, masih banyak gue menemukan mahasiswa/wi yang ngeluh. Di timeline ia mentuit;
  • “Duh… Tugas lagi, Tugas lagi, repot inih!
  • ‘Duh… Mana tugas banyak, wifi kampus ngeden.
  • ‘Duh… Gara-gara banyak tugas, sering duduk bokong jadi kremien”.


Kalo nggak mau tugas dari dosen, ya nggak usah kuliah. Mending balik lagi sono, ke SMA. Namanya juga nuntut ilmu, pasti ujian itu slalu ada. Itulah cara kerja, ilmu mendidik kita supaya bisa bekerja keras. Dan lebih tahan banting. Di luar sana, begitu kita sudah di wisuda, medan pertempuran lebih sengit dari tugas yang ada di kampus.

Terkadang mahasiswa/wi seperti ini, kalo sudah jenuh dengan tugas. Mereka bakalan lari dari jeratan tugas. Dengan mengatasnamakan kekompakan, senasip sepenanggungan, mereka bakalan hang-out bareng-bareng dari meja kesibukan. Pelarian mereka, sasaran targetnya sih, umunya taman kampus. Yup… Taman kampus emang tempat yang nyaman buat, nongrkong rame-rame. Haha-hihi bareng.

Begitu, sudah ditaman, mereka bakalan becandaan bareng. Nah, kalo sudah ke enakan becandaan. Gejala yang sering timbul sih, sering cewawakan. Pada tahu kan cewawakan?. Oh belum ya. Cewawakan itu, ketawa kenceng sampek teriak-teriak sampai bikin gaduh. Dan suaranya ketawanya, menyebar ke lorong-lorong kampus. Bahkan, sampi mengganggu mahasiswa lain yang sedang enak-enakan belajar.

Emang sih, dengan menjadi mahasiswa yang kelihatan fun, bakalan menjadi pusat perhatian. Tapi kalo funya, berlebihan malah dikira… Mahasiswi “CABE-CABEAN!”
 *************

Terkadang, ulah Cabe-Cabean, menjadi hiburan tersendiri disaat saya sedang beristirahat setelah kelelahan mengerjakan SKRIPSI. Jujur saya akui. Sering saua duduk didepan jurusan, kemudian hanya bisa senyum-senyum sendiri melihat aksi mahasiswi Cabe-Cabean. Pemandangan seperti ini kan jarang terjadi, asyik aja kalo kebetulan nemu. Lucu. Dan pemandangan kampus lebih variatif.

Namun… Disisi lain.  Cabe-Cabean kerap dikonotasikan perilaku buruk. Stigma budaya kita, umumnya orang menilai dari sebuah penampilan.

Bukan mau ngebuly kalian, sih. Sumpah, nggak ada niatan buat, menghujat. Minimal, meskipun suka Cabe-Cabean, seimbangkan dengan prestasi dikampus. Kuliah itu soal, tanggung jawab anatara ke dua belah pihak. Pihak pertama, diri sendiri. Dan yang ke dua orang tua. Tangung jawablah didepan orang tua lah yang berat.
Di balik meja kuliah kalian, orang tua diluar sana, lagi memeras keringat, mereka nyisihin rupiah untuk membayar uang semester kalian.
*************
Oke….. Sekian.

KW



By Unknown
This is the Author Bio Box
Enter short description about yourself here
Get more from Unknown on and Twitter

Share and Spread Share On Facebook +1 This Post blogger tips Digg This Post Stumble This Post Tweet This Post Tweet This Post Tweet This Post Save Tis Post To Delicious Share On Reddit Bookmark On Technorati

You Might Also Like

1 komentar:

  1. ouhh banyak juga ternyata ciri cabe2an ya gan , kaya cabe rawit , cabe merah , cabe hijau , dan cabe2 lainnya .. hahaha

    BalasHapus