Catatan Mahasiswa

GORESAN PEMIKIRAN & UKIRAN PENGALAMAN SEORANG MAHASISWA

Rabu, 16 April 2014

MITOS MENAKUTKAN SEPUTAR SKRIPSI





Unknown | 5:00:00 PM | 3 Comments so far | Tweet +1 Like




Rehat dulu cerita-ceritaya. Kali ini kita bakalan ngobrolin yang agak serius dikit. Saya akan berbagi beberapa tips gimana caranya lulus cepet ngerjain skripsi. Lulus cepet yang saya maksud disini adalah bukan ngerjain skripsi dengan main keroyokan, satu skripsi di kerjain orang se-kelurahan. Tapi dengan cara yang lain, yang lebih bisa di pertanggung jawabkan. Karna mahasiswa di sumpah, untuk mengedepankan intelektualitas. Bukan demi gelar dengan ambisi sesaat. Sebelum ngobrolin lebih jauh soal skripsi, saya awali dulu cerita kali ini dengan sebuah pengantar.

Bayangin aja….  
Dari saya sekolah mulai SD mau masuk ke SMP, tiap mau lulus hukumnya wajib buat ngikutin ujian nasional. Begitu pun sampai tamat lulus SMA. Peristiwa ujian nasional itu adalah penentuan hasil belajar kita selama tiga tahun. Lewat ujian nasional-lah, nasip kita di dunia pendidikan di tentukan. Terkesan, seolah-olah sekolah selama tiga tahun, nasipnya di tentukan selama sehari. Penentuan inilah, yang menjadi momok menyeramkan di kalangan anak Indonesia, termasuk saya dulu yang pernah mengalamin. Momok dimana hanya menunggu sebuah hasil bertuliskan:

Lulus atau Tidak Lulus

Sejarah bermula dari kronologi peristiwa ini......

Dan, di hari  penentuan itu, membuat siapa pun bakalan berada dalam situasi ketar-ketir, serba was-was. Serba terjebak dalam situasi yang menegangkan. Dan dalam situasi semacam ini, bisa menghasilkan turunannya membuat siapa pun bisa tertekan. Dari ke adaan inilah, lalu muncul kalangan penyuka jalan pintas. Ada yang enggak siap dengan ujian, lalu membeli bocoraan jawaban. Ada juga yang siap dengan ujian berbekal contekan ukiran di paha kanan dan kiri. Saya harap kalian tidak ada dalam dua  kategori yang saya sebutkan tadi.

Kaum-kaum penyuka jalan pintas inilah yang harus di perhatikan. Kita enggak mau mereka terjebak dalam lorong gelap bernama akademik. Juga enggak mau aja, di kampus di susupi pecinta Mahapala, yang kalau di uraikan menjadi:  Mahasiswa paling lama. Buntutnya,  bisa telat di wisuda, skripsinya pun mangkrak gitu aja enggak di sentuh.

Selama mengikti masa pendidikan, disitu ada ujian yang harus di hadapi. Sampai di bangku kuliah pun, ujian itu tetap ada, tapi bukan ujian nasional. Sudah beda, dan sudah ganti nama. Ujian itu telah berevolusi berganti nama menjadi: Skripsi.  Iyap, skripsi.

Sebelum saya di wisuda. Kepada para mahasiswa dimana pun kalian berada, izinkanlah saya sebagai mahasiswa yang jomblo ini, menjelaskan seputar momok yang menyeramkan yang masih menghantui tentang Seputar Skripsi (di singkat SS). Momok hantu skripsi ini, sering menyelinap masuk ke mental mahasiswa. Mereka-mereka yang enggak siap mental, menyeret proses pembuatan skripsi mengalami, penundaan. Kita tahu di dunia pendidikan negeri ini, skripsi adalah perjuangan terakhir untuk merebut gelar sarjana. 

Dalam kesempatan ini saya akan menghadirkan sejumlah keterangan yang telah saya temui di beberapa jurusan di kampus saya. Termasuk fakultas saya sendiri. Sebelum saya menurun kan keterangan yang terkumupul ini, saya bergeriliya ke fakultas-fakultas tetangga. Dari keteragan sumber-sumber ini, saya tulis untuk membantu  mereka-mereka yang ketakutan atau pun parno menghadapi Skripsi. Ide membuat tulisan ini, karena saya terkadang sempat ciut nyali menghadapi batuan terjal meraih gelar sarjana.  

Oke… sekian dulu sambutan saya di atas.  *Turun Podium (di lemparin Skripsi)*.

Mari kita simak, penelusan saya yang pertama.  Di urut berdasaran yang paling krusial. Jenis-jenis hantu apa saja yang mengganggu mahasiswa tinggkat akhir?.

Mari merapat disini. *ngebentangin tiker*


1. Skripsi itu Berat        
Al-kisah, dalam sebuah negeri dongeng. Di sebuah drama kehidupan mahasiswa di kalangan jurusan saya. Mahasiswa tingkat akhir, mengalami daun sindrom takut menghadapi skripsi. Di kalangan mereka, muncul anggapan skripsi itu berat, dan harus di kerjakan terpisah dengan mata kuliah lain. Artinya, skripsi itu di khususkan sendiri di semester akhir. Misal contoh begini,  di semester lima udah bisa ngerjain skipsi, sama ada beberapa mata kuliah yang harus di tempuh secara bersamaan, di semester itu juga. Padahal di semester tujuh, udah bisa buat ngajuin daftar peserta wisuda.

Karna  dalam pikiran mereka telah membentuk pola, “Oh Skripsi itu berat”, jadi skripsi itu akhirnya di kerjakan di semester delapan. Lalu muncul dalih lain lagi, enggak bisa ngerjain skripsi di ganggu dengan tugas-tugas kuliah. Harus fokus katanya. Bukannya,  justru itu saat yang pas untuk melatih tubuh mau pun otak bekerja keras?

Padahal kalo di kerjakan di semester tujuh bisa lulus cepet, lho. Hingga akhinya, Skripsi itu di laksanakan di semester delapan!

Nah, kalo melihat kasus di atas, sayang banget kan ngelewatin moment yang begitu langka, soalnya saya punya prinsip kalo bisa lulus cepat? Kenapa enggak? Dari pada di undur. Rugi waktu iya, belum lagi onggkos kuliah bakal terkucur buat satu semester lagi, akibat penundudan ngerjain skripsi.   

Kalo ketemu ni anak, di upilin aja

Dari kasus di atas, yang membuat mitos skripsi itu berat terus meraja lela di belantara kampus.  Sebenarnya, mitos ini terjadi pada satu mahasiswa saja. Namun, pada akhirnya ketakutan ini merembet ke teman-teman di kelompoknya, sehingga lahirlah menjadi sebuah fenomena bernama Parno Skripsi.  Fenomena ini telah menjadi puncak gunung es, hingga membekukan kelompok parno skprsi

Ending-nya bakalan lulus telat. Ehm…. Bukan lulus telat sih, tapi di undur!

Dari kasus ini, saya tahu pesimistis itu cepat  menyebar. Siapa yang bakal berteman dengan mahasiswa bermental pejuang, dia akan ikut arus bermental pejuang juga. Lalu sebaliknya. Bab tersulit ngerjain skripsi itu, bukan di bab 1, 2, 3,atau 4, tapi di bab niatnya lho.

Saya harap, kalian yang ngebaca bisa bergaul dengan teman yang punya jiwa optimis.  Karna saya sadar, kuliah itu saat yang pas membentuk kelompok berlajar untuk sama-sama saling menggerakkan untuk berjuang, endingnya salah pilih kelompok bakalan nyungsep.

2. Skripsi itu Ngerjain’nya Lama.
Bikin skripsi itu sama halnya bikin buku lhooo. LAMAAA PROOSESSNYA! *curhat*

Oke… oke saya juga mahasiswa, jadi tahu apa yang musti dilakuin! Skripsi itu, tebalnya hampir sama dengan bedaknya Krisdayanti. Hanya saja bedanya, kalo bikin skripsi, modalnya kopi sachetan biar otaknya lancar buat bisa mikir, sama di tuntut betah melek. Sedangkan bikin buku modalnya kudu otak yang kreatif. Nah, jadi enggak heran juga saya, kalo ngerjainnya butuh waktu yang lama. Apa lagi sama kampus di kasih deadline untuk ngelarin selama satu semester.

Enggak heran juga, ada sebagian mahasiswa yang selama satu semester skripsinya belum kelar.  Penyebabnya ada banyak macamnya:  mulai dari di tinggal pergi ke luar kota oleh dosen pembimbing. Atau pas lagi mau ngerjain di ajakin temanya nongkrong. Gitu terus, sampek akhirnya skripsinya terbengkalai. Bahkan, ada yang skripsinya kebanjiran segala!

Kalau ketemu dia, kasih puk puk

Pada umumnya tebalnya skripsi hampir di atas ratusan lembar, lho. Itu pun dari kampus sudah ada peraturan yang megikat secara resmi, ketebalan maksimal berapa, sama batas minimalnya berapa. Misalnya, saja ambil contoh harus di atas 100 halaman dan tenggat waktu satu semester. Nah, bikin road-map target aja biar punya rencana yang terstruktur. 

Saya akan mecoba, narasikan: pasang target, satu bab wajib hukumnya selesai dalam satu bulan. Itu udah termasuk revisi lho. Nah, itung-itunganya, dalam skripsi ada empat bab. Maka, bisa di pastikn, cuman butuh waktu empat bulan aja, skripsi bakalan kelar. Mudah kan? *Emang sih ngomong itu mudah banget kalo dijalanin SUSAH juga sih -_-" *
  
3. Bingung Judul
Saya pernah membaca, gagasan di sebuah surat kabar terkemuka di negeri ini. Gagasan itu, menuliskan menyangkan hampir mayoritas skripsi yang di ketik mahasiswa Indonesia, penelitianya hanya berujung di rak museum kampus. Sayang sekali, ngeri banget ini bacanya.  Di gagasan itu menyampaikan, skripsi hasil penelitian mahasiswa,  tanpa ada tindak lanjut yang berarti. Bisa di bilang, penelitanya enggak sampek menyentuk ke masyarakat.

Tragis!

Begitu selesai baca, koranya langsung saya sobek….. kesel aja sih. Tapi bingung mau marah ke siapa!
Udah capek-capek bikin judul, belum lagi penelitiannya udah memakan waktu berbulan-bulan, di bela-belain sampek enggak tidur. Eh, hasilnya cuman terkubur di museum. Kemudian, menjadi tempat bersarangnnya para debu dan kroni-kroninya (dibaca: rayap).

Mungkin, gara-gara gagasan  di surat kabar waktu itu. Banyak sebagian mahasiswa yang bingung gimana caranya bikin judul skripsi yang langsung bisa di terapkan penelitianya. Ini yang musti harus di garis bawahi.  Bagi teman-teman mahasiswa yang ngebaca ini, yang belum skripsi tentunya. Biar enggak kerepotan bikin Judul Skripsi. Banyakin baca-baca referensi ya. Baca mulai dari jurnal nasional, internasional, maupun sumber-sumber lain yang ada sangkut pautnya dengan disiplin ilmu. Semakin banyak yang di serap, ide kita bakalan inovatif. Dan inovatif telahir dari kombinasi antara pengetahuan yang di kawinkan dengan hasil riset. Keren gak bahasa saya.. Hahahahaha!

Setelah melalui meditasi yang menyedot kemampuan seluruh jiwa dan raga. Akhirnya saya nemu tema penelitian yang fenomenal dalam sejarah. Judul skripsi yang lagi fenomenal itu adalah: “Perlindungan Hukum Bagi Penonton Televisi Akibat Dari Efek Mengkonsumsi Berita Farhat Abas Vs El, Dalam Kelangsungan Pertumbuhan Gigi Remaja”.

Bagus kan?
             
4. Dosen Pembimbing Yang Ribet
Karna saya memiliki dua pasang telinga, akhirnya saya punya gaya baru: Hobby blusukan. Eranya horisontal,  lebih banyak mendengar biar bayak temen.  Saya sering banget di curhatin. Termasuk di curhatin temen-temen mahasiswi. Inget, siswi lo ya. Enggak nerima siswa.

Kebetulan, curhatan itu enggak jauh-jauh dari isue skripsi. OH TUHAN, lagi-lagi skripsi. Dari sumber yang saya peroleh di lapangan. Ada beberapa mahasiswa yang ketika asyik-asyiknya ngerjain skripsi malah di tinggal bepergian Dosen pembimbingnya ke luar negeri. Ada lagi, dosen yang ngebatalin gitu aja waktu bimbingan padahal janji udah di teken. Sayapun pernah di PHP oleh dosen pembimbing.

Pas lagi semangat-semangatnya, Dosen pembimbingnya, yang enggak fleksibel. Buat, bapak/ibu dosen yang ngebaca ini, kasi saya nilai A ya Bu/Pak. Nasib mahasiswa ada di pangkuan dosen pembimbing. 

Dari sumber-sumber,  yang enggak mau di sebutkan namanya itu, dia kesal katanya. Dosen pembimbingnya pergi ke luar negeri tanpa meninggalkan pesan satu apa pun. Jadi skripsinya mogok selama tiga bulan.

derita mahasiswa tingkat akhir

Saran saya, kalao ketemu situasi kayak gini ini. Cepet-cepet minta ganti dosen pembimbing deh. Iya, dari pada lulusnya mundur. Kan yang rugi, juga mahasiswanya, ya gak? Udah selayaknya kok, Dosen itu mengabdi dan melayani mahasiswanya dengan setulus cinta. Kalo ada yang kurang profesional, coba di klirkan dengan kepala jurusan. Mahasiswa itu cerdas men, jadi protesnya juga dengan cara-cara yang cerdas pula. Bukan dengan cara demo lalu melempar tomat.

5. Takut Menghadapi sidang.
Sekarang eranya media sosial. Dimana mahasiswa sukanya nunduk saat jalan kaki, sementara jempolnya asyik main twit. Nah, pantesan aja, merebaknya fenomena ini di barengi dengan banyaknya kasus jempol kapalan. Sebagai mahasiswa imigran yang suka sama media sosial, sering banget saya nemu udpate status kayak gini:
  • “Bentar lagi mau sidang Skripsi, Semoga lancar’’
  • “Bentar lagi mau sidang skripsi, Doain ya?,” (padahal setelah saya cek, followernya cuman akun MLM). Ya, mana ada yang mau doain.


Beberapa waktu yang lalu, ada temen saya yang risau menghadapi sidang skripsi. Sebut saja namanya Ucup. Kegalauanya itu menjadi-jadi setelah mendekati hari H-buat sidang. Ucup binggung, gimana caranya biar enggak gugup waktu di uji sama dosen di ruang sidang. Saking parahnya, penyakit grogi yang ia derita, tersiar kabar dia pipis di celana sebelum memasuki ruang sidang. Dibaca (ngompol!)

Mahsiswa baek

Dukun sekelas Mak Erot pun, enggak bakalan bisa nyembuhin penyakit grogi. (mak erot kan spesialis terapi pembesar titit, oh saya salah). Ramuan  yang paling ampuh, buat ngilangim rasa grogi adalah…. Bukan jamu beras kencur. Tapi dengan cara nguasai materi yang akan di bawakan. Saya yakin, pertanyaan sesulit apa pun yang di lemparkan dosen penguji, bakal bisa ngejawab dengan benar. Mahasiswa yang grogi ngadepin dosen penguji salah satu penyebabnya adalah gugup. Gugur lantaran enggak pede dengan skripsi yang di ujikan. 

***The End***



By Unknown
This is the Author Bio Box
Enter short description about yourself here
Get more from Unknown on and Twitter

Share and Spread Share On Facebook +1 This Post blogger tips Digg This Post Stumble This Post Tweet This Post Tweet This Post Tweet This Post Save Tis Post To Delicious Share On Reddit Bookmark On Technorati

You Might Also Like

3 komentar:

  1. Nice Info janganlupa kunjungi balik blog sayan http://jasapembuatanskripsimurahsurabaya.blogspot.co.id/

    BalasHapus
  2. Nice Info Jangan Lupa Kunjungi http://jasapembuatanskripsiprofesional.blogspot.com/

    BalasHapus